A. Pengertian Sampah
Sampah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan (manusia) yang berwujud
padat (baik berupa zat organik maupun anorganik yang bersifat dapat terurai
maupun tidak terurai) dan dianggap sudah tidak berguna lagi (sehingga dibuang
ke lingkungan). Alam tidak mengenal sampah, yang ada hanyalah daur materi dan energi.
Hanya manusia yang menyampah (mengakibatkan munculnya sampah).
Segala macam organisme yang ada di alam ini selalu menghasilkan bahan
buangan, karena tidak ada proses konversi yang memiliki efisiensi 100%.
Sebagian besar bahan buangan yang dihasilkan oleh organisme yang ada di alam
ini bersifat organik (memiliki ikatan CHO, bagian tubuh makhluk hidup). Sampah
yang berasal dari aktivitas manusia yang dapat bersifat organik maupun
anorganik. Contoh sampah organik adalah: sisa-sisa bahan makanan, kertas, kayu
dan bambu. Sedangkan sampah anorganik (hasil dari proses pabrik) misalnya:
plastik, logam, gelas, dan karet.
Ditinjau dari kepentingan kelestarian lingkungan, sampah yang bersifat
organik tidak begitu bermasalah karena dengan mudah dapat dirombak oleh
mikrobia menjadi bahan yang mudah menyatu kembali dengan alam. Sebaliknya
sampah anorganik sukar terombak dan menjadi bahan pencemar.
Pencemaran lingkungan umumnya berasal dari sampah yang
melonggok pada suatu tempat penampungan atau pembuangan. Perombakan sampah
organik dalam suasana anaerob (miskin oksigen) akan menimbulkan bau tak sedap.
Makin tinggi kandungan protein dalam sampah, makin tak sedap bau yang
ditimbulkan. Dampak lain karena timbunan sampah dalam jumlah besar adalah
lingkungan yang kotor dan pemandangan yang kumuh.
Timbunan sampah menjadi sarang bagi vektor dan penyakit. Tikus, lalat,
nyamuk akan berkembang biak dengan pesat. Ruang yang ada dicelah-celah sampah
dapat berupa ban, kaleng bekas, kardus, dan lain-lain merupakan hunian yang
ideal bagi tikus. Lalat pada umumnya berkembangbiak pada sampah organik,
terutama pada sampah yang banyak mengandung protein, seperti sisa
makanan. Suasana yang lembab dan hangat sangat cocok untuk habitat
nyamuk. Sampah organik menyediakan sumber makanan yang melimpah bagi mereka.
B. Karakteristik sampah di Sekolah
Sekolah sebagai tempat berkumpulnya banyak orang dapat menjadi penghasil
sampah terbesar selain pasar, rumah tangga, industri dan perkantoran. Secara
umum sampah dapat dipisahkan menjadi:
Sampah
organik/mudah busuk berasal dari: sisa makanan, sisa sayuran dan kulit
buah-buahan, sisa ikan dan daging, sampah kebun (rumput, daun dan ranting).
Sampah
anorganik/tidak mudah busuk berupa: kertas, kayu, kain, kaca, logam, plastik,
karet dan tanah.
Sampah yang dihasilkan sekolah kebanyakan adalah jenis sampah kering dan
hanya sedikit sampah basah. Sampah kering yang dihasilkan kebanyakan berupa
kertas, plastik dan sedikit logam. Sedangkan sampah basah berasal dari guguran
daun pohon, sisa makanan dan daun pisang pembungkus makanan.
C. Pengelolaan sampah
Pemilahan yaitu memisahkan menjadi kelompok sampah organik dan non
organik dan ditempatkan dalam wadah yang berbeda.
Pengolahan
dengan menerapkan konsep 3R yaitu:
Reuse (penggunaan kembali) yaitu menggunakan sampah-sampah tertentu yang masih
memungkinkan untuk dipakai (penggunaan kembali botol-botol bekas).
Reduce (pengurangan)
yaitu berusaha mengurangi segala sesuatu yang dapat menimbulkan sampah serta
mengurangi sampah-sampah yang sudah ada.
Recycle (daur
ulang) yaitu menggunakan sampah-sampah tertentu untuk diolah menjadi barang
yang lebih berguna (daur ulang sampah organik menjadi kompos).
Untuk sampah yang tidak dapat ditangani dalam lingkup sekolah,
dikumpulkan ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) yang telah disediakan untuk
selanjutnya diangkut oleh petugas kebersihan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Sampah yang dibuang ke TPS ditempatkan berdasarkan pemilahan sampah yang
telah dilakukan. Hal ini dilakukan karena sampah organik cepat membusuk
sementara sampah non organik membutuhkan waktu yang lebih lama untuk membusuk
sehingga memerlukan perlakuan khusus. Untuk TPS yang sengaja disediakan oleh
pihak sekolah sebaiknya TPS tersebut berupa lubang yang dilengkapi dengan
sistem penutup sehingga tikus, serangga, dan hewan-hewan tertentu tidak masuk
ke dalamnya dan juga untuk menghindari bau dari sampah yang bisa mengganggu.
Untuk memudahkan jangkauan biasanya juga disediakan bak-bak sampah kecil
yang ditempatkan di tempat-tempat yang mudah dijangkau sebagai tempat
penampungan sampah sementara sebelum dibuang ke TPS. Penampungan sampah dalam
bak sampah ini juga sebaiknya dipisahkan menjadi tempat sampah organik dan
anorganik dan kalau sudah penuh harus segera dibuang ke TPS atau langsung
diambil oleh petugas kebersihan untuk dibuang ke TPA.
D. Perancangan Pengelolaan Sampah di SMPN 2 Ngancar
Di lingkungan sekolah, pengelolaan sampah membutuhkan perhatian serius.
Dengan komposisi sebagian besar penghuninya adalah anak-anak (warga belajar)
tidak menutup kemungkinan pengelolaannya pun belum optimal. Namun juga bisa
dipakai sebagai media pembelajaran bagi murid-siswinya. Salah satu parameter
sekolah yang baik adalah berwawasan lingkungan.
Sampah basah bisa diolah menjadi kompos. Prosesnya mudah dan sederhana.
Anak usia sekolah SD hingga SLTA bisa mengerjakan sendiri. Pembuatan kompos
dengan sampah basah di sekolah bisa menjadi media pembelajaran untuk anak
didik. Setidaknya anak akan belajar tentang Ilmu Pengetahuan Alam. Anak juga
akan belajar menghargai lingkungan. Mereka akan belajar bagaimana sampah itu
bisa bermanfaat bagi manusia bukan hanya sebagai sesuatu yang kotor dan
menjijikkan. Kompos yang dihasilkan dapat digunakan untuk memupuk tanaman yang
ada atau sebagi bahan campuran media tanam dalam pot.
Kertas bekas yang dihasilkan banyak sekali yang berjenis HVS. Jenis
kertas ini di kalangan pemulung memiliki harga yang paling tinggi. Belum lagi
kertas karton, kertas pembungkus makanan dan kertas jenis lainnya. Khusus untuk
sampah kertas, bisa dilakukan dua hal untuk pengelolaannya.
Yang pertama adalah daur ulang sebagai pengelolaan sendiri. Sampah
kertas bisa didaur ulang dengan cukup mudah. Kertas bekas dipotong kecil-kecil
dan direndam ke dalam air. Proses berikutnya adalah diblender hingga berubah
menjadi bubur kertas. Dari sinilah kreativitas anak diperlukan. Bubur kertas
bisa dijadikan bahan kertas daur ulang atau bisa dijadikan bahan dasar
kreativitas lain, misalnya topeng kertas atau bentuk pigora.
Bentuk pengelolaan kedua adalah sistem pemilahan untuk dijual. Kertas
berjenis HVS dipisah dari jenis lain misalnya koran, karton dan kerdus. Kertas
bekas yang sudah dipilah tadi dijual ke pemulung. Pemulung secara berkala akan
datang ke sekolah untuk mengambil kertas tersebut.
Jenis sampah lain yang juga lumayan banyak di sekolah adalah plastik.
Sampah ini sebagian besar terdiri dari bungkus plastik dan botol minuman
mineral. Untuk jenis terakhir inilah yang sekarang banyak dicari orang. Botol
minuman bekas yang berbahan plastik PET bisa didaur ulang menjadi biji plastik.
Demikian juga halnya dengan kaleng minuman bekas yang berbahan logam. Sampah
jenis ini juga sebaiknya dipilah, dikumpulkan untuk kemudian dijual. Anak-anak
juga dapat berkreasi merangkainya menjadi barang kerajinan atau hiasan dinding.
Dengan sistem pemilahan ini diharapkan anak didik dapat belajar betapa
sampah yang semula kotor dan menjijikkan ternyata memiliki nilai jual. Mata
pelajaran ekonomi dapat dipelajari dari seonggok sampah di sekolah. Anak didik
akan menyadari bahwa peluang kerja ada di sekitarnya, bukan hanya dicari tapi
dapat juga diciptakan.
Dalam perancangan pengelolaan sampah di sekolah, para murid perlu
dilibatkan secara aktif. Hal ini dapat dilakukan dengan pembentukan regu-regu
yang bertugas secara terjadwal. Kegiatan pameran dan kompetisi berkala dapat
dilakukan untuk meningkatkan kepedulian terhadap pengelolaan sampah.
Menulis di blog atau majalah dinding merupakan latihan yang bagus untuk menumbuhkan
jiwa-jiwa mengelola sampah. Sehingga muncul kesadaran baru bahwa, “Sampah
bukan masalah, tetapi peluang. Berikut keterlibatan murid dala mengolah sampah
di lingkungan sekolah.
1.
Program Kerja Pengelolaan Sampah di SMPN 2 Ngancar
a.
Setiap kelas bertanggung jawab atas kebersihan kelas dan sekitarnya
b.
Setiap kelas bertanggung jawab atas pemisahan organik dan non organik
(sampah ekonomis dengan non ekonomis)
c.
Semuanya warga sekolah terbiasa membuang sampah pada tempatnya sesuai
jenis sampah.
d.
Pengelolaan sampah botol, gelas, atau sampah lainnya yang bernilai
ekonomis
e.
Pengelolaan sampah organik menjadi pupuk
f.
Pengelolaan sampah plastik menjadi ekobrik.
g.
Program poin 5 dan poin 6 berjalan ketika warga sekolah mulai terbiasa
membuang sampah pada tempatnya sesuai jenis sampahnya
2. Pelaksanaan Pengelolaan Sampah
di SMPN 2 Ngancar
a.
Murid wajib menjaga kebersihan kelas dengan membuang sampah ke tempatnya
sesuai jenisnya.
b.
Pembuangan sampah yang dikelas ke bank sampah sekolah dilakukan setelah
istirahat dan tidak diperkenakan untuk membuang sampah di waktu yang lain.
c.
Bank sampah sekolah sudah disediakan tempat pembuangan sampah ekonomis
(botol, gelas plastik, sendok plastik dan sampah lainnya yang bisa dijual) dan
non ekonomis (sampah organik dan plastik)
d.
Ditempat bank sampah sekolah ada piket osis di waktu pembuangan untuk menjaga atau memantau bahwa sampah kelas
sudah di pisah dan meminta untuk mencuci tempat sampahnya jika bau dan kotor.
e.
Sampah non ekonomis akan dibawa
ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) yang telah disediakan untuk selanjutnya
diangkut oleh petugas kebersihan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
f.
Sampah ekonomis akan dijual dan hasil penjualannya digunakan untuk
kegiatan sekolah.